Kamis, 09 Oktober 2008

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGEMBANGAN BISNIS PERIKANAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

1. Aspek Internal

1.1. Komponen Kekuatan
a. Potensi Perikanan
Potensi Perikanan tangkap di Provinsi Bangka Belitung saat ini terdiri dari WPP Laut Jawa serta DPI target pengembangan WPP 2 (Perairan Laut Natuna dan Laut Cina Selatan). Ikan Pelagis Besar Potensi (103 ton/tahun), Pelagis Kecil Potensi (103 ton/tahun), Demersal Potensi (103 ton/tahun), Ikan Karang Konsumsi Potensi (103 ton/tahun). Udang Peneid, Potensi (103 ton/tahun), Lobster Potensi (103 ton/tahun), Cumi-Cumi, Potensi (103 ton/tahun).
Sedangkan Perikanan budidaya potensinya terdiri dari Laut 30,380 ha, Tambak 22 995 ha, Kolam 8200 ha, Keramba 51 000, mina padi 3500 ha. Potensi jenis ikan untuk budidaya adalah nila gift, patin, udang panamae, udang galah, ikan mas, jelawat, gurame, baung, kerapu dsb.
b. Kemampuan Keuangan Daerah
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki keuangan cukup besar, karena besarnya kekayaan sumberdaya alam yang dimilikinya. Keuangan daerah dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sektor ekonomi berbais sumberdaya alam, khsusunya perikanan dan kelautan.
c. Posisi Geografis
Secara geografis Propinsi Kepulauan Bangka Belitung berhadapan dengan Pulau Jawa dan Sumatera. Kedua wilayah ini mempunyai aktivitas ekonomi yang signifikan.
d. Otonomi Daerah
Pembangunan perikanan kewenangannya diserahkan kepada pemerintah daerah. Namun banyak kawasan yang terkait dengan objek lintas daerah, maka kewenangan Pemerintah Propinsi dalam mengatur sektor perikanan dan kelautan sangat penting, terutama koordinasi antar pemerintah kabupaten dan kota.
e. Bahan Baku
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kebun kelapa sawit yang luas serta produksi ikan yang sangat potensial. Sementara itu kebutuhan pakan untuk kegiatan budidaya masih sangat tergantung pada wilayah lain. Ketergantungan pada pakan ikan sangat rentan dengan kenaikan harga, karena sebagian besar biaya produksi ikan budidaya adalah pakan. Oleh karena itu pembuatan pakan oleh masyarakat pembudidaya ikan atau oleh investor dalam negeri dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah, yakni limbah minyak kelapa sawit dan ikan rucah sangat memungkinkan.

1.2.Kelemahan
a. Teknologi
Upaya yang dilakukan dalam Pengembangan teknologi penangkapan ikan nelayan terbatas pada penambahan jumlah dan jenis alat tangkap, peningkatan jumlah dan ukuran perahu motor lebih besar dari perahu tanpa motor, sementara modernisasi alat tangkap masih sangat terbatas. Dengan akan dilakukannya pengembangan perikanan tangkap, maka dinas terkait di daerah harus melakukan sosialisasi bahkan membuat suatu program aksi guna menjamin transfer teknologi penangkapan ikan dan peningkatan keterampilan nelayan setempat, khususnya agar operasional alat tangkap yang akan dikembangkan dapat berjalan dan tidak akan menjadi hambatan.
Teknologi budidaya pada beberapa lokasi sudah mendekati optimal terutama untuk budiaya air tawar, walaupun belum sepenuhnya kesistemannya dikuasasi, terutama penyediaan bibit dan pakan. Sedangkan untuk budidaya laut dan pesisir masih sangat lemah.
b. Pakan dan Harga
Pakan untuk budidaya air tawar dan laut masih tergantung pada pemasok dari luar Propinsi, hal ini berimplikasi besarnya harga pakan karena faktor transportasi. Oleh karena itu faktor pakan sangat rentan dengan kondisi transportasi, inflasi dan faktor lainnya. Hal ini menyebabkan harga input sering fluktuatif sangat tajam, sehingga pembudidaya ikan sulit memperoleh keuntungan yang optimal. Pada sisi lain bahan baku cukup melimpah yang dapat diolah di lokasi dekat dengan pusat budidaya.
c. SDM
SDM sebagian sudah menguasasi budidaya dengan baik, terutama di pusat-pusat produksi air tawar, namun pada budidaya laut masih lemah. Begitu juga kelembagaan usaha belum berperan optimal dan merata di seluruh wilayah. Oleh karena itulah kapasitas pemanfaatan Sumberdaya Ikan belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan.
d. Infrastruktur
Infra struktur utama dalam perencanaan bisnis adalah fishing base, jalan dan listrik. Fishing base sangat diperlukan untuk mendukung penangkan ikan yang meliputi sistem informasi, loading dan unloading serta pelayanan pendukungnya. Begitu juga jalan sering menghambat aksesibilitas pasar inout dan output. Begitu juga listrik sering menjadi hambatan bagi pengembangan budidaya, baik ikan tawar untuk menunjang kegiatan pembenhannya maupun untuk mendukung keguatan budidaya laut.
e. Tata Ruang Perikanan
Kebijakan tata ruang khusus untuk pengembangan perikanan belum sepenuhnya teralokasi secara eksplisit, baik pengembangan budidaya maupun penangkapan. Oleh karena itu alokasi ruang untuk pengembangan periakanan perlu diakomodasikan dalam RTRW Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam RTRW Kabupaten/Kota.

2. Komponen Eksternal
2.1. Peluang
a. Pasar
Pasar internasional untuk ikan sangat terbuka dengan luas, terutama untuk pasar Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika dan Eropa. Begitu juga halnya dengan pasar lokal, terutama ikan segar untuk dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan olahan makanan.
b. Kebijakan
Kebijakan nasional dalam perikanan merupakan salah satu peluang untuk mendukung berkembangnya sektor kelautan dan perikanan. Kebijakan tersebut meliputi daya dorong dengan berkembangnya fasilitas dan kemudahan usaha juga pengendalian pencurian ikan dan pembatasan izin bagi kapal asing.
Peluang bisnis kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor, yakni (1) faktor internal berupa potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, potensi sumberdaya manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran; dan (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam persaingan dengan daerah atau negara lain
c. Iklim Investasi
Arah pengembangan perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah penangkapan ikan di Laut Cina Selatan (LCS). Untuk itu investasi penangkapan ikan difokuskan pada peningkatan daya jelajah penangkapan ikan melalui pengembangan armada, termasuk pengembangan sarana dan teknologi penangkapan serta sumberdaya manusia (SDM). Pengembangan SDM mencakup pemagangan, pelatihan dan pendidikan para nelayan dalam upaya pemberian pengalaman dan peningkatan ketrampilan yang memadai untuk melakukan usaha penangkapan ikan skala menengah dan besar.
Investasi perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan pada pengembangan komoditas nila gift, ikan patin, dan udang galah baik di perairan umum maupun kolam. Sementara itu budidaya air payau diarahkan pada pengembangan udang vanamae. Untuk perairan umum, saat ini memang belum dibuat tata pengelolaannya. Perairan umum, khususnya sungai, tergolong common pool resources membutuhkan tata pengelolaan yang tepat untuk menghindari terjadinya konflik baik antar pembudidaya ikan maupun para pengguna lain seperti transportasi sungai dan irigasi pertanian.

2.2. Ancaman
a. Pencemaran Air
Perairan Bangka Belitung merupakan salah satu bukti besarnya pencemaran sungai oleh industri terutama penambangan timah. Karena besarnya pencemaran, maka pengembangan perikanan sangat sulit. Dengan adanya pencemaran tersebut menunjukkan adanya kehilangan asset alam (natural capital stock). Ancaman pencemaran akan terjadi pada pesisir di sekitar wilayah hilir sungai, karena akan terbawa oleh arus air laut.
b. Illegal fishing
Penangkapan Ikan oleh nelayan asing masih marak di perairan Indonesai. Hal ini merupakan ancaman paling besar terhadap kelestarian dan pengurangan potensi sumberdaya ikan nasional, khusunya perairan di sekitar Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Disamping itu penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan juga masih dominan, sehingga merusak kestarian lingan dan keberlanjutan sumberdaya ikan.
c. Konflik Penguasaan sumberdaya
Perikanan umum dan perikanan tangkap berada dalam wilayah sumberdaya bersifat open acces resources, oleh karena itu berpeluang besar adanya tumpang tindih pemanfaatan. Hal ini tidak jarang menimbulkan konflik pemanfaat sumberdaya alam, terutama konflik kelompok alat pengkap dengan kelompok pengguna alat penagkap lainnya.
d. Pasar Gelap Perikanan
Karena infrastruktur tidak memadai maka kapal nelayan tidak sedikit yang tidak bongkar muatannya di propinsi Kepulauan Bangka Belitung, tapi di luar daerah yang harganya relatif tinggi. Disamping itu tidak sedikit yang menjual hasil tangkapannya di tengah laut yang langsung dikapalkan ke luar negeri.
e. Dukungan Permodalan yang Lemah
Saat ini dana pemerintah banyak menganggur di bank, termasuk kredit untuk perekonomian rakyat banyak yang tidak terserap oleh karena administrasi dan persyaratannya tidak memadai. Oleh karena itu sumber pembiayaan kegiatan usaha perikanan lebih banyak barasal dari non bank, misalnya pinjaman dari rentenir, teman dan dana sendiri. Oleh karena itu skim permodalan khusus yang disertai dengan jaminan pasar dan bahan baku yang jelas melalui kemitraan merupakan salah satu pendekatan penyelesaian masalah yang prospektif dalam pengembangan usaha perikanan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Free Baccarat & More
Learn the secrets of the game, and learn the rules septcasino of a card game, including strategy, 메리트카지노 and strategies for 바카라 dealing out winnings! | FEBCASINO.com.